Prakiraan Harga Perak: XAG/USD Bergerak di Atas $34,00 karena Meningkatnya Ketegangan Geopolitik
- Harga perak didukung oleh arus safe haven di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
- Israel menargetkan kantor-kantor lembaga keuangan Hizbullah, al-Qard al-Hassan, di selatan Beirut.
- Perak yang tidak memberikan imbal hasil menguat karena pelonggaran kebijakan moneter dari bank-bank sentral utama.
Harga perak (XAG/USD) melanjutkan kenaikan beruntun selama lima hari berturut-turut, diperdagangkan di kisaran $34,10 selama sesi Asia pada hari Senin. Tren kenaikan ini didorong oleh permintaan safe haven di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Media Lebanon melaporkan bahwa Israel telah meluncurkan serangkaian serangan udara baru di Beirut selatan, menargetkan kantor lembaga keuangan al-Qard al-Hassan milik Hizbullah. Selain itu, Pemerintah AS telah memulai penyelidikan terhadap rilis dokumen rahasia yang tidak sah yang menguraikan persiapan militer Israel untuk serangan potensial terhadap Iran.
Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter dari bank-bank sentral utama mendukung harga Perak yang tidak memberikan imbal hasil. Pada hari Senin, People's Bank of Tiongkok (PBoC) menurunkan Suku Bunga Dasar Pinjaman (LPR) 1 tahun dari 3,35% menjadi 3,10% dan LPR 5 tahun dari 3,85% menjadi 3,60%. Minggu lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) juga memilih untuk menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin.
Bank of Canada (BoC) secara luas diantisipasi untuk menerapkan penurunan suku bunga yang signifikan sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan moneter hari Rabu mendatang. Data inflasi terbaru menunjukkan bahwa Bank of England (BoE) dan Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) dapat mempertimbangkan potensi penurunan suku bunga bulan depan. Selain itu, Federal Reserve AS (The Fed) diprakirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir 2024.
Terkait pemilu AS, pasar tampak optimis bahwa calon dari Partai Republik, Donald Trump, akan memenangkan pemilihan presiden 2024. Kebijakan fiskal dan perdagangan Trump dipandang sebagai kebijakan yang mendorong inflasi dan menguntungkan Dolar AS (USD), yang dapat berdampak negatif pada permintaan Perak. Dolar AS yang lebih kuat membuat harga Perak menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing, sehingga berpotensi mengurangi daya beli mereka.